[-Melawan Fitnah-]
JARINGAN IBLIS LIBERAL

 

 

Islam Bukan Agama Kemarin Sore

Oleh : Redaksi 11 Apr, 05 - 1:00 am

Wawancara Prof DR Muhammad Mustafa Al A'zami
Pekan lalu, Indonesia kedatangan tamu istimewa. Dialah Prof DR Muhammad Mustafa Al A'zami, seorang guru besar studi Islam dari Universitas Raja Saud, Riyadh, Arab Saudi. Cendekiawan Muslim kaliber internasional ini dikenal sebagai ahli Alquran dan Alhadis. Bahkan KH Abdurrahman Wahid, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga mantan Presiden RI menyebutnya sebagai salah satu dari 10 ulama dunia yang getol membela Islam.

Dalam lawatan pertamanya ke Indonesia, Al A'zami meluncurkan bukunya yang berjudul The History of The Quranic Text, From Revelation to Compilation, a comparative study with the old and new testaments (Sejarah Teks Alquran, dari wahyu sampai kompilasi kajian perbandingan dengan perjanjian lama dan perjanjian baru) yang diterbitkan PT Gema Insani. Dia juga sempat berkunjung ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, berdialog dengan 100 ulama Indonesia di Kantor Departemen Agama, serta bersilaturahmi dengan para muridnya di Pesantren Darussunnah, Ciputat, Tangerang.

Saat ditemui wartawan Republika Damanhuri Zuhri di sebuah kamar pada lantai 16, Hotel Sahid, Jakarta, tempatnya menginap selama berada di Jakarta, Al A'zami banyak bercerita tentang bukunya, berbagai upaya yang dilakukan kelompok di luar Islam untuk memerangi Alquran dan Alhadis, hingga kisah tentang anak dan kegemarannya pada makanan laut. Berikut ini petikan wawancara dengan Al A'zami yang didampingi muridnya, Prof KH Ali Mustofa Yakub MA, yang juga dikenal sebagai pakar hadis.

Buku yang baru diluncurkan itu ditulis selama empat tahun itu. Berapa lama penelitiannya?


Selama empat tahun itu secara keseluruhan dengan penelitian-penelitian, manuskrip, dan sebagainya.

Apa saja kendala dalam penulisan buku tersebut?


Kendalanya, kadang-kadang, perpustakaan yang bersangkutan tidak mengizinkan kami melakukan penelitian.

Selama ini ada orientalis yang mengobok-obok Islam, tapi Anda malah sebaliknya, mengobok-obok orientalis. Bisa diceritakan apa sesungguhnya yang terjadi?


Menurut saya, ini hal yang penting. Saya beri contoh. Anda punya kumis dan jenggot, saya juga punya kumis dan jenggot. Anda mengatakan, kumis saya bermasalah. Akan tetapi, Anda tidak mengatakan kumis dan jenggot Anda bermasalah. Mengapa? Ini yang perlu dipecahkan. Ini sebagai contoh saja. Mereka menganggap kita ada masalah dan tidak menganggap diri mereka ada masalah. Artinya, mereka tidak mau mengakui ada masalah. Karena itu saya katakan, kamilah yang akan melihat permasalahan Anda.

Karena itulah Anda kemudian masuk untuk mempelajari orientalisme?


Saya tidak mempelajari bangsa Barat, akan tetapi mempelajari agama yang dianut orang-orang Barat, agama yang berkembang di sana. Karena mereka menganggap orang Islam selamanya bermasalah, sekarang kita lihat agama mereka bermasalah apa tidak?

Masalah apa yang paling konkret Anda temukan dari mereka?


Yang penting, secara umum seorang penulis Muslim harus menulis apa yang bisa dimanfaatkan bagi para dai (pendakwah, red). Biarlah mereka yang kemudian memberikan penilaian. Kadang-kadang suatu topik oleh seorang penulis dianggap biasa-biasa saja, tapi bagi umat itu dianggap satu hal yang penting.

Contohnya?


Saya melihat contoh, misalnya, membandingkan keadaan orang-orang Islam, Kristen, dan Yahudi sepeninggal Nabi mereka. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, orang Islam menguasai politik yang sangat kuat, punya kemerdekaan, kebebasan berpolitik, dan sama sekali tak ada tekanan politik. Kondisi ini mendorong dan membantu penyebaran dan pemeliharaan agama. Dengan demikian mereka bisa menulis Alquran dengan bagus, tanpa ada tekanan dan sebagainya. Kemudian bisa menulis hadis dengan baik tanpa ada tekanan apa-apa. Dan ini menjadi salah satu unsur penunjang Alquran itu terpelihara keasliannya.

Berbeda dengan misalnya umat Kristiani sepeninggal nabi Isa AS. Mereka selama ratusan tahun berada di bawah tekanan politik sehingga memengaruhi penulisan kitab suci mereka sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan. Demikian pula umat Yahudi ketika Nabi Musa keluar dari Mesir. Selama empat puluh tahun mereka dalam kebingungan. Kondisi itu sangat memengaruhi warisan yang mereka terima dari Nabi Musa. Ini hal yang mendasar sekali mengapa Alquran dan hadis itu terpelihara sedangkan Taurat dan Injil tidak terpelihara. Ada faktor-faktor yang memengaruhi. Di samping itu, memang ada faktor-faktor alami yang datang dari Allah. Dan memang Allah menjamin kemurnian Alquran.

Jadi, selain memang Allah telah berfirman Inna nahnu nazzalnazzikro wa innaa lahu lahafidzun (Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan Kamilah yang akan menjaganya, red), ada kondisi realitas yang sangat jelas sehingga Alquran tetap terjaga?


Ketika Allah mengatakan seperti itu bukan berarti nanti ada mukjizat lagi. Mukjizat sudah selesai. Itulah kemudian Allah dalam praktiknya membuat masyarakat seperti itu. Ketika Alquran harus dipelihara Allah, maka Allah menciptakan masyarakat yang seperti itu. Jadi, bukan berarti kemudian akan muncul mukjizat lagi dan sebagainya dalam pengertian tidak ada faktor yang bersifat manusiawi. Dalam penjagaan manusia itu diciptakan oleh Allah.

Melihat sosok Al A'zami adalah menyaksikan seseorang yang murah senyum, low profile, serta sangat tawadhu. Kata-katanya terlontar teratur. Bagi Ali Mustofa Yakub, Al A'zami termasuk orang yang tidak menyukai aturan protokoler, resmi-resmian. Dia justru lebih suka menyatu dengan jamaah. Alhasil, ketika akan dikawal bersama Menteri Agama, beliau tidak bersedia. Al A'zami bahkan masuk ke shaf-shaf dari belakang. ''Di Amerika juga begitu,'' ujar Ali Musthafa. Dia pun tampak sangat menguasai bidangnya, termasuk ketika diminta komentarnya tentang Aminah Wadud.

Belakangan, ada kasus menarik seperti pendapat DR Aminah Wadud yang berani menjadi imam wanita pertama dalam shalat Jumat dengan jamaah kaum pria. Adakah kesamaan dengan kasus Salman Rushdie dengan buku 'Ayat-ayat Setan' ataupun kelompok-kelompok lain yang ingin menyelewengkan Alquran dan Alhadis?


Seminggu sebelum saya berangkat ke Indonesia, surat kabar Ar-Riyadl yang terbit di Riyadh, Arab Saudi, 27 Maret 2005 memuat berita Uni Eropa minta kepada Turki dan orang-orang Turki yang ada di Eropa agar ketika khutbah Jumat mereka tidak menyebut firman Allah 'Innaddiina indallahil Islam (Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam, Alquran surat Ali Imran: 19). Orang-orang Eropa yang non-Muslim itu merasa tersinggung. Oleh sebab itu, bagi mereka memerangi Alquran adalah salah satu keharusan.

Lantas?


Yang menarik, mereka tak semata memerangi Alquran tapi juga menyebarkan tasykik (keragu-raguan, red). Sekarang strateginya berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Dulu, cara mereka membuat orang Islam ragu terhadap kitab sucinya adalah dengan mengatakan Alquran bukanlah wahyu tapi karangan Muhammad, yang isinya juga merupakan sekadar cuplikan-cuplikan dari ajaran Yahudi dan Nasrani. Cara mereka sekarang diubah dengan mengatakan Alquran tak lebih dari bikinan orang-orang dari abad ketiga Hijriyah. Artinya apa? Pada abad pertama dan kedua Hijriyah, tak ada yang namanya Alquran. Begitulah, mereka terus berusaha membuat keragu-raguan terhadap Alquran.

Sebagai Muslim, tindakan kita bagaimana?


Kewajiban kita, pertama, tuduhan-tuduhan itu bathil maka tindakan kita bagaimana? Harus membentengi akidah sehingga tidak mudah terpengaruh dengan tujuan-tujuan bathil tersebut. Kedua, bagaimana supaya kita tidak terpengaruh. Kita melihat contoh misalnya pada undang-undang dasar, ada kalimat-kalimat yang kemudian menimbulkan perbedaan pendapat. Seorang mengatakan bahwa ini dilarang. Itu penafsiran dia. Ketika dia punya guru andaikata gurunya masih hidup dan dia lebih tahu tentang arti ayat-ayat undang-undang itu, dia akan mengatakan, ''Ini nggak apa-apa seperti itu, sebab dia kan lebih alim dan lebih tahu tentang makna undang-undang itu daripada dia.''

Contoh lain misalnya buah duku. Seorang dokter mengatakan buah duku itu membahayakan kesehatan, ada lagi yang mengatakan tidak membahayakan. Yang berhak mengatakan apakah buah duku berbahaya atau tidak terhadap kesehatan adalah orang yang spesialis tentang buah duku. Ini sebuah jembatan keledai. Sekarang banyak orang menafsirkan Alquran padahal dia sendiri kadang-kadang baca Alqurannya saja sudah tidak benar. Bagaimana tahu dia? Makanya, untuk penafsiran Alquran harus diserahkan kepada orang yang spesialis atau ahli tafsir dan sebagainya. Jangan setiap orang baru tahu satu ayat terus menafsirkan Alquran. Baru ikut kursus dakwah terus menafsirkan Alquran.

Termasuk dalam kaitan ini kasus Aminah Wadud?


Soal Aminah Wadud, bagaimana kita harus percaya dia adalah seorang ahli Islam. Dia mungkin tahu Islam dari buku-buku bahasa Inggris, dia tidak bisa bahasa Arab dan sebagainya. Sekarang banyak orang yang ternyata tidak ahlinya tapi bicara seperti itu. Jadi, kalau kita mau tanya masalah agama tanya kepada ahlinya yang juga takut kepada Allah bukan sekadar ahlal aqli (ahli pikir, red).Kedua, Islam bukanlah agama kemarin sore. Mengapa kemudian shalat Jumat dengan imam Aminah Wadud menjadi masalah, padahal shalat Jumat itu sudah berlangsung selama 14 abad, bahkan jutaan ulama sudah menerangkan pendapatnya soal itu? Mengapa sekarang muncul seperti Islam baru (muncul) kemarin sore? Mengapa sekarang diributkan masalah seperti itu? Tujuannya, tidak lain, agar umat Islam ragu.

Lantas, mengapa banyak jamaahnya termasuk dari Indonesia?


Karena mereka menginginkan Islam itu dihancurkan. Pendukung mereka banyak dan didukung dengan segala macam. Yang menarik, ayah tiga putra yang kini berusia 75 tahun itu, masih tetap aktif menulis dan membaca bahkan berkunjung ke sejumlah negara sendirian. Tentang kiat sehatnya, Al A'zami secara terus terang berkata, ''Waktu kecil saya bekerja di sawah yang jaraknya untuk sampai ke ladang lima kilometer. Saya jalan kaki ke ladang itu. Dan, yang penting saya selalu banyak minum air putih,'' tuturnya.

Dalam usia berapa Anda mulai menulis?


Pertama kali saya menulis buku pada tahun 1960-an ketika berada di Qatar sesudah tamat dari Kairo, Mesir. Di Qatar, saya menjadi sekretaris Perpustakaan Nasional. Studi kitab adalah kalimat atau kata-kata India dalam bahasa awam Qatar (bahasa pasaran). Seperti juga banyak bahasa India, Urdu, yang menjadi bahasa Indonesia. Misalnya kata 'bahasa' itu dari India. Saya mengumpulkan kata-kata India yang kemudian menjadi bahasa orang kebanyakan yang dipakai di Qatar.

Berapa banyak kata India yang ditulis waktu itu?


Banyak sekali kalimat seperti itu sampai ratusan yang menjadi bahasa pasaran Qatar. Jadi, bahasa Qatar waktu itu ada pengaruh dari India karena ada hubungan dagang langsung antara Qatar dan Bombay. Itulah yang menyebabkan bahasa India banyak masuk ke wilayah Qatar. Begitu juga bahasa India yang masuk ke Indonesia seperti kata graha, sembahyang, puasa. Cuma, kalau di India puasa itu upuas, terbalik malah.

Tradisi menulis ini ada dalam keluarga?


Ayah saya, al-Syaikh Abdurrahman Al Maulawi, seorang ulama dan juga mengajar agama. Ayah saya juga menulis tetapi tidak dipublikasikan (dicetak).

Lantas, nama Al A'zami itu dari mana? Bukan nisbat keluarga?


Nama Al A'zami nisbat dari daerah Azamgarh. Saya berasal dari kota Mau Distrik Azamgarh negara bagian Uttar Pradesh. Jadi nama itu bukan nama marga melainkan nisbat daerah.

Soal kesehatan?


Menurut nasihat para dokter, orang seumur saya tidak baik makan daging yang merah seperti sapi, kerbau, lebih baik makan ikan kecuali ayam. Tapi, saya nggak senang ayam dan akhirnya saya memilih makanan laut seperti ikan maupun udang.

Bagaimana dengan anak-anak?


Saya punya tiga anak, dua putra dan satu putri. Putra yang pertama, Agil, sudah mendapatkan gelar doktor dalam bidang komputer dari Colorado, Amerika Serikat (AS). Putra kedua namanya Anas juga meraih gelar doktor dalam genetic engineering di Oxford, Inggris. Sedang anak ketiga doktor dalam bidang matematika dari Colorado, AS.

Kok, tak ada satu pun dari mereka yang mengikuti keahlian sang ayah, yakni ahli di bidang Alquran dan Alhadis?


Ketiga anak saya secara tidak resmi belajar Alquran dan Alhadis. Yang pertama, sarjana komputer. Ilmu komputer diterapkan untuk ilmu tentang masalah hadis. Anak kedua, sangat kritis sekali karena belajar di Barat. Kalau saya menulis, dia banyak sekali membantu saya karena bahasa Inggrisnya lebih bagus. Jadi, kalau saya membuat kalimat dalam bahasa Inggris sudah pas apa belum, itu tergantung dari koreksian anak saya yang kedua. Jadi mereka tahu sekali masalah hadis dan qiraat meskipun secara nonformal. Tapi, taraf berpikirnya sangat membantu saya.

Berapa cucu?


Baru tiga. Namanya Maryam, Umar, dan Ahmad.

Yang menarik, dalam usia 75 tahun Anda masih aktif menulis?


Pekerjaan saya membaca dan menulis, jadi bisa kapan saja. Tapi kadang-kadang dua jam menulis empat jam membaca atau dua jam menulis dua jam membaca. Jadi, menulis dan membaca itu selalu dikerjakan.

 
::BACK TO HOME::